HAKIKAT MATEMATIKA PADA ANAK USIA DINI
1.
Pengertian
Matematika
Kata matematika berasal dari perkataan Latin mathematika yang mulanya diambil dari perkataan
Yunani mathematike yang berarti
mempelajari. Perkataan itu mempunyai asal katanya mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge, science).
Kata mathematike berhubungan pula
dengan kata lainnya yang hampir sama, yaitu mathein atau mathenein yang artinya belajar (berpikir). Jadi, berdasarkan asal
katanya, maka perkataan matematika berarti ilmu pengetahuan yang didapat dengan
berpikir (bernalar). Matematika lebih menekankan kegiatan dalam dunia rasio
(penalaran), bukan menekankan dari hasil eksperimen atau hasil observasi
matematika terbentuk karena pikiran-pikiran manusia, yang berhubungan dengan
idea, proses, dan penalaran (Russeffendi ET, 1980 :148).[1]
Matematika adalah
ilmu tentang sesuatu yang memiliki pola keteraturan dan urutan yang logis.
Menemukan dan mengungkapkan keteraturan atau urutan ini dan kemudian memberi
arti merupakan makna dari mengerjakan matematika. [2]
Menurut Johnson dan
Myklebust (1967: 244), matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya
untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan
fungsi teoretisnya adalah untuk memudahkan berpikir.[3]
Sejalan dengan pendapat tersebut Morris Kline mengemukakan bahwa matematika
merupakan salah satu puncak kegemilangan intelektual. Disamping pengetahuan
mengenai matematika itu sendiri, matematikan memberikan bahasa, proses, dan teori,
yang memberikan ilmu suatu bentuk dan kekuasaan.[4]
Dilihat dari segi
bahasa Suriasumantri menyatakan bahwa, matematika adalah bahasa yang
melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin disampaikan.[5]
Paparan tersebut menunjukkan bahwa matematika berkenaan dengan struktur dan
hubungan berdasarkan konsep abstrak, sehingga dibutuhkan simbol untuk dapat
mengoperasionalkan aturan dari struktur dan hubungan tersebut dengan operasi
yang telah diterapkan sebelumnya.
Berdasarkan beberapa
pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa matematika adalah bahasa yang
melambangkan serangkaian makna, serta memiliki pola keteraturan dan urutan
logis. Menekankan pada kegiatan dalam dunia rasio (penalaran), memiliki fungsi
praktis untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan serta
fungsi teoretis untuk memudahkan berpikir.
Liebeck mengemukakan
ada dua macam hasil belajar matematika yang harus dikuasai oleh siswa,
perhitungan matematis (mathematics
calculation) dan penalaran matematis (mathematics
reasoning). Berdasarkan hasil belajar matematika semacam itu maka Lerner
mengemukakan bahwa kurikulum bidang studi matematika hendaknya mencakup tiga
elemen, (1) konsep, (2) keterampilan, dan (3) pemecahan masalah.[6]
Matematika berupaya
menjadikan siswa sebagai pengguna kreatif matematika dalam situasi kehidupan
dan tempat keja tetapi juga mencakup kemampuan untuk mengingat kembali hasil
penjumlahan dan produk perkalian dengan cepat.
2. Fungsi Matematika
Djojosuroto
mengemukakan beberapa fungsi matematika, yaitu sebagai berikut:
a. Matematika
sebagai bahasa
Matematika adalah bahasa yang melambangkan
serangkaian makna dari dari serangkaian pernyataan yang ingin disampaikan.
Lambang-lambang matematika bersifat artificial
yang baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan kepadanya. Tanpa
itu matematika hanya merupakan kumpulan rumus-rumus yang mati. Dalam hal ini
dapat dikatan bahwa matematika adalah bahasa yang menghilangkan sifat majemuk
dan emosional dari bahasa verbal.
b. Matematika
sebagai sarana berpikir deduktif
Matematika
merupakan ilmu deduktif. Nama ilmu deduktif diperoleh karena penyelesaian
masalah-masalah yang dihadapi tidak disadari atas pengalaman seperti halnya
yang terdapat di dalam ilmu-ilmu empirik, melainkan didasarkan deduksi-deduksi
(penjabaran-penjabaran).
c. Matematika
untuk ilmu alam dan ilmu sosial
Matematika
merupakan salah satu puncak kegemilangan intelektual. Fungsi matematika sangat
penting dalam perkembangan berbagai macam ilmu pengetahuan. Penghitungan
matematis misalnya menjadi dasar desain ilmu teknik, metode matematis memberika
inspirasi kepada pemikiran di bidang social dan ekonomi bahkan pemikiran
matematis dapat memberikan warna pada kegiatan arsitektur dan seni lukis.
Kontribusi matematika dalam ilmu alam, lebih ditandai dengan penggunaan
lambing-lambang bilangan untuk penghitungan dan pengukuran, disamping hal lain
seperti bahasa, metode dan lainnya. [7]
3. Matematika pada anak usia
dini
Dalam proses
pembelajaran matematika pada anak usia dini pengembangan konsep pengetahuan
matematika terdiri dari mengenal konsep bilangan, pola dan hubungan, geometri, pengukuran,
dan pengumpulan data.[8]
Konsep bilangan
adalah suatu hal yang dasar dalam pengembangan pengetahuan matematika, dalam
kegiatan sehari-hari anak sering sekali melafalkan bilangan hal ini adalah
langkah awal dalam mengenal konsep bilangan. Dalam proses mengenal konsep
bilangan, anak akan mulai mempelajari bagian dari konsep bilangan selanjutnya
yaitu menghitung, korenpondensi satu-satu, membandingkan, mengenal simbol
angka.[9]
Pemahaman bilangan membantu anak untuk mempertimbangkan jumlah dan pengukuran serta
pemahan bahwa bilangan akhir pada saat ia menghitung benda dinamakan jumlah yang
terdapat dalam suatu kelompok.
Pola adalah mengulang
desain sesuatu (warna, balok, crayon, buku) atau suatu kelompok benda. Pola
dapat kita temui dimanapun di lingkungan sekitar. Selanjutnya saat lebih dari
dua benda disamakan, proses ini dinamakan mengurutkan atau menyusun.[10] Seorang
guru dapat memperkenalkannya dengan manik-manik kemudian menyusun sesuai warna
merah-biru, biru-merah, dan anak dapat mengikutinya. Setelah pengenalan pola
sederhana kemudian anak dapat menyalin pola yang ia lihat.
Pemahaman ruang
merupakan bagian dari geometri yaitu kepekaan terhadap lingkungan sekitar.
Pemahaman ruang meliputi: menjelaskan arah (kiri, kanan), posisi (depan,
belakang, atas, bawah), menggambar dan menjelaskan posisi dan ruang.[11]
Aktivitas pengukuran membantu
anak untuk mengembangkan kemampuan anak dalam membuat perbandingan dan
mengidentifikasi urutan. Kemampuan ini berkaitan dengan objek konkret baik dan
untuk konsep-konsep seperti waktu yang sangat abstrak bagi anak.[12]
Dalam kegiatan pembelajaran seorang guru dapat menggunakan penggaris, jengkal
tangan, buku dan benda-benda konkret lainnya untuk melakukan pengukuran.
Anak memiliki
kemampuan untuk mengumpulkan dan mengatur informasi untuk tujuan mereka
sendiri. Anak-anak mulai menyortir, mengklasifikasi dan membandingkan sebagai
bagian dari kehidupan sehari-hari mereka, mereka mulai mencari cara untuk
mengatur informasi atau data dalam rangka untuk menggunakannya dengan cara yang
bermakna. Anak-anak menggunakan pengalaman untuk mengumpulkan dan mengelola
informasi, mereka juga mulai mengeksplorasi cara-cara untuk mewakili dan
menafsirkan.[13]
Sepuluh standar Nasional Council Theachers of Mathematics
(NCTM) mengidentifikasi pemahaman dan kompetensi matematika sebagai bilangan
dan operasinya, aljabar, geometri, pengukuran, analisis data dan probabilitas,
penyelesaian masalah, penalaran dan bukti, komunikasi, koneksi dan
representasi. Di tingkat pra-TK hingga
kelas 2 semua siswa harus: (1) Mengurutkan, mengklasifikasi, dan menata benda
berdasarkan ukuran, angka dan property lain; (2) Mengenali, mendeskripsikan,
dan memperluas pola seperti urutan bunyi dan bentuk atau pola numerik sederhana
dan menerjemahkan dari satu representasi ke representasi lain; (3) Menganalisis
cara menghasilkan pola pengulangan dan pertumbuhan.[14]
Kemampuan membilang
dan mengenal lambang bilangan merupakan dasar untuk mengoperasikan bilangan
nyata yang sederhana. Kemampuan mengoperasikan bilangan pada anak akan terwujud
ketika anak sudah memahami betul angka dan bilangan dimulai dari lingkungan terdekatnya,
sejalan dengan perkembangan kemampuannya dapat meningkat ke tahap pengertian
mengenai penjumlahan dan pengurangan.
Operasi bilangan termasuk
dalam hubungan matematis, setelah anak mampu berhitung, anak akan
menyampaikannya secara matematis. Hubungan matematis menghubungkan konsep dan
prosedur, matematika dengan kehidupan sehari-hari. Untuk meningkatkan kemampuan
penguasaan operasi penjumlahan dan pengurangan pada anak, diperlukan
pembelajaran yang melibatkan anak secara aktif untuk berinteraksi dalam proses
pembelajarannya.
Tujuan pengenalan
matematika pada anak usia dini adalah agar
anak mengetahui dasar-dasar pembelajaran berhitung/ matematika, sehingga pada
saatnya nanti anak akan lebih siap mengikuti pembelajaran matematika pada
jenjang pendidikan selanjutnya yang lebih komplek. Secara khusus tujuannya
adalah (1) agar anak dapat
berpikir logis dan sistematis sejak dini melalui pengamatan terhadap
benda-benda kongkrit, gambar-gambar atau angka-angaka yang terdapat di sekitar
anak; (2) dapat menyesuaikan dan melibatkan diri dalam kehidupan masyarakat
yang dalam kesehariannya memerlukan keterampilan berhitung; (3) memiliki
ketelitian, konsentrasi, abstraksi dan daya apresiasi yang tinggi; (4) memiliki
pemahaman konsep ruang dan waktu serta dapat memperkirakan kemungkinan urutan
sesuatu peristiwa terjadi di sekitarnya; (5) memiliki kreativitas dan imajinasi
dalam menciptakan sesuatu secara spontan.[15]
Cockroft mengemukakan
bahwa matematika perlu diajarkan kepada siswa karena (1) selalu digunakan dalam
segala segi kehidupan; (2) semua bidang studi memerlukan keterampilan
matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat, dan
jelas; (4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara; (5)
meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan; dan
(6) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang manantang.[16]
Dari beberapa uraian
di atas, matematika untuk anak usia dini adalah kemampuan/ keterampilan anak
dalam mengaplikasikan konsep-konsep matematika yakni: mengenal konsep bilangan,
pola dan hubungan, geometri, pengukuran, dan pengumpulan data, serta bentuk untuk
memecahkan suatu masalah yang diwujudkan dalam pengetahuan.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdurahman,
Mulyono. Pendidikan Bagi Anak
Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta, 2003.
Djojosuroto,
Kinayanti. Filsafat Bahasa. Yogyakarta:
Pustaka Book Pubisher, 2007.
https://www.google.com/search?output=search&sclient=psy-ab&q=hakikat+matematika&oq (diakses
tanggal 2 Desember 2013, pukul 10.00WIB)
Irawan,
Dedy. Pentingnya Matematika Untuk AUD (http://sy-dedy.blogspot.com/2012/11/pentingnya-matematika-untuk-aud.html, diakses
tanggal 4 Desember 2013, pukul 19.10WIB)
Kemendiknas.
Pengembangan Konsep Pengetahuan
Matematika. Jakarta: Direktorat PAUD, 2010.
Morrison,
George S. Dasar-dasar Pendidikan Anak
Usia Dini. Jakarta: Indeks, 2012.
Suriasumantri,
Jujun S. Ilmu Dalam Perspektif. Jakarta:
Yayasan Obor, 1999.
_______.
Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan, 2007.
izin copy.. trima ksih
BalasHapusIzin copas🙏
BalasHapusIzin copy ya kaka
BalasHapusIzin menggunakan sebagai sumber, Kak. Terima kasih.
BalasHapus