Maria Montessori lahir di Chiaravalle, Italia.
Pada tahun 1896, dia menjadi wanita pertama yang mendapatgelar Doctor of Medicine. Montessori seperti
yang dikutip oleh Soejiono sangat berminat terhadap masalah pendidikan anak
yang tergolong terbelakang. Setelah lulus dari kedokteran, ia bekerja di kinik
Psikiater Universitas Roma.
Dari pekerkjaannya itu, Montesorri meyakini
bahwa semua anak dilahirkan dengan potensi luar biasa, yang hanya
bisaberkembang jika orang dewasa memberikan stimulus yang tepat pada
tahun-tahun pertama kehidupan mereka.
Montessori memulai pekerjaannya dengan
mengajarkan cara membantu pekerjaan sehari-hari pada anak yang lebih besar. Di
luar dugaan, anak-anak usia tiga dan empat tahun sangat senang mempelajari
keterampilan hidup sehari-hari.
Setelah menghabiskan banyak waktu untuk
mengamati dan berinteraksi dengan anak-anak, Montessori mengambil kesimpulan
bahwa anak-anak melewati beberapa tahap perkembangan, dan setiap tahap ditandai
dengan kehendak, minat, dan cara berpikir tertentu. Ia juga mengemukakan bahwa
anak memiliki logika sendiri dalam setiap tahap perkembangan, dengan aktivitas
kesukaan dan kecenderungan alami tertentu dalam berperilaku.
Montessori mengamati cara anak-anak bereaksi
terhadap lingkungan yang tenang dan teratur di mana semua benda memiliki tempat
sendiri. Ia melihat anak-anak belajar mengendalikan gerakan mereka, dan
menangkap ketidaksukaan mereka saat ketenangan itu terganggu bila ada yang
tersandung atau menjatuhkan sesuatu. Ia memberikan kesempatan kepada mereka
mengembangkan kemandirian, dan menyadari adanya peningkatan harga diri serta
rasa percaya diri pada anak-anak saat diajari dan diberi semangat untuk
melakukan sesuatu bagi diri mereka sendiri.
Di kelas itu pula, Montessori melakukan
pengujian ide-ide baru dan perbaikan-perbaikan metode mengajarnya. Ujung dari
perjalanan panjang penelitiannya tersebut, Montessori menemukan beberapa masa
peka anak yaitu sebagai berikut.
Usia (Tahun)
|
Periode Kepekaan
|
Ciri perkembangan masapeka
|
0 – 3
|
Kepekaan
keteraturan
|
Masa
penyerapan total: perkenalan dan pengalaman panca indera sensorik
|
0 – 6
|
Kepekaan
bahasa
|
Kemampuan
menangkap makna kata atau symbol dan bahasa, lengkap dengan gramatikanya.
|
1,2 – 1,5
|
Kepekaan
berjalan
|
Masa
penyempurnaan gerakan kaki dan berjalan dengan kokoh.
|
3 – 6
|
Kepekaan
terhadap kehidupan social
|
Anak
menyadari bahwa dirinya merupakan bagian dari teman kelompoknya.
|
2,5 – 6
|
Kepekaan
terhadap detail
|
Penyempurnaan
penggunaan panca indera, dimana anak menaruh perhatian pada objek-objek
kecil.
|
4 – 6
|
Kepekaan
terhadap pelajaran
|
Anak telah
siap menerima pelajaran dan memahaminya dengan akal sehatnya.
|
Agar dapat mengembangkan masa peka anak tersebut diperlukan pendidikan
usia dini yaitu perhatian secara penuh terhadap kebiasaan dan pengetahuan anak,
lingkungan pembelajaran yaitu kesesuaian antara bermain dan belajar dengan
lingkungannya, peran guru yaitu guru berperan sebagai fasilitator artinya guru
harus melayani kebutuhan anak.
A. Esensi Montesori
Esensi metode
pendidikan Montessori meliputi empat hal yaitu sebagai berikut :
1.
Semua pendidikan adalah pendidikan diri
sendiri.
Menurut Montessori, segala bentuk keberhasilan dan perkembangan
jasmani dan rohani anak adalah hasil dari belajarnya sendiri.
2.
Kebebasan
Dalam proses belajar mengajar, anak didik harus diberi kebebasan
seluas-luasnya. Guru tidak boleh memaksakan materi tertentu kepada anak,
walaupun materi tersebut sangat penting.
3.
Ketertiban
Tertib dalam panadangan Montessori adalah bukan aturan ketat yang
seringkali membelenggu kebebasan anak didik. Tertib bukan ditegakan dengan
hukuman apalagi ancaman tidak naik kelas.
4.
Pengembangan Indera
Menurut Montessori, masukna segala penegrtian dan konsep – konsep
dalam pikiran anak adalah indra semata. Dalam hal ini, Montessori menempatkan
indra sebagai “gerbang” jiwa anak. Jadi segala hal yang diajarkan kepada anak
harus berupa aktifitas secara konkret dan jelas.
B.
Pandangan Montessori
Montessori telah merumuskan sejumlah teori mengenai belajar pada masa
usia dini. Beberapa pandangan dan prinsip Montessori dalam mengembangkan
pendidikan anak usia dini dapat dicermati dari beberapa falsafah berikut ini:
1. Anak usia dini tidak seperti orang dewasa,
mereka terus menerus berada dalah keadaan pertumbuhan dan perubahan, dimana
pertumbuhannya sangat dipengaruhi oleh lingkungan.
2. Anak usia dini senang sekali belajar ‘selalu
ingin tahu dan mencoba’. Tugas orang dewasa adalah mendorong, member kesempatan
belajar dan membiarkan anak belajar sendiri.
3. Pikiran anak yang masih kecil mempunyai kemampuan
besar untuk menyerap berbagai pengalaman. Masa yang paling penting adalah masa
pada rentang usia sejak lahir sampai umur 6 tahun.
4. Anak usia dini menyerap hampir semua yang
dipelajarinya dari lingkungan.
5. Anak mempelajari banyak dari gerakan-gerakan,
ia membutuhkan kesempatan untuk bergerak, bereksplorasi, belajar melalui alat
inderanya.
6. Anak melewati masa-masa tertentu dalam
perkembangannya dan lebih mudah untuk belajar, yang disebut dengan periode
sensitive untuk belajar.
7. Semakin banyak kesempatan anak mengirimkan
rangsangan-rangsangan sensori ke otak, maka semakin berkembang kecerdasannya.
8. Anak paling baik belajar dalam situasi
kebebasan yang disertai disiplin diri. Anak harus bebas bergerak dan memilih
kegiatan yang disenanginya di dalam kelas dengan disertai disiplin diri.
9. Orang dewasa khususnya guru tidak boleh
memaksakan anak untuk belajar sesuatu, dan tidak boleh mengganggu apa yang
sedang dipelajari anak.
10. Anak harus belajar sesuai dengan taraf
kematangannya, tanpa paksaan untuk menyesuaikan atau menjadi sama dengan anak
lain.
11. Anak mengembangkan kepercayaan pada dirinya
bila ia berhasil melaksanakan tugas-tugas sederhana.
12. Bila anak diberi kesempatan untuk belajar pada
saat sudah siap ‘matang’ untuk belajar, dia tidak saja akan dapat meningkatkan
kecerdasannya tetapi juga akan merasakan kepuasan, menambah kepercayaan diri
dan keinginan untuk belajar lebih banyak.
Montessori,
Maria, edited by Lee Gutek Gerald. Metode
Montessori. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013.
Elizabeth
G. Hainstock. Kenapa Montessori?. Jakarta: Pustaka Delapratasa, 1999.
A.Ghazali
M, Manan Abdul & Ronoandojo Jassin I. Sistem
Kerdja Dr. Maria Montessori. Djakarta: Ganaco N.V. 1971.
Montessori,
Maria. The Discovery Of the Child.
New York: Ballantine Books, 1990.
Morrison,
S George. Dasar-Dasar Pendidikan Anak
Usia Dini. Cet. 1, Jakarta, 2012.
Sujiono,
Yuliani Nurani. Konsep Dasar Pendidikan
Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks, 2011.
Suyadi
& Mauldya Ulfah. Konsep Dasar PAUD.
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013.
Suyadi. Psikologi
Belajar PAUD. Yogyakarta: Pedagogia, 2010.